Permainan tradisional yang punah akibat kebudayan modern


Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan dengan ragam budaya, dari permainan tradisional, alat musik tradisional, tari tradisional, makanan tradisional serta pakaian adat tradisional hampir semua wilayah di indonesia memilikinya. Jadi kita sebagai masyarakat Indonesia sudah sepatutnya bangga dan semakin cinta dengan negara kita sendiri.
Disini saya akan memberikan beberapa contoh permainan tradisional yang ada di Indonesia:

1.         Egrang

Egrang atau jangkungan adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Egrang berjalan adalah egrang yang diperlengkapi dengan tangga sebagai tempat berdiri, atau tali pengikat untuk diikatkan ke kaki, untuk tujuan berjalan selama naik di atas ketinggian normal. Di dataran banjir maupun pantai atau tanah labil, bangunan sering dibuat di atas jangkungan untuk melindungi agar tidak rusak oleh air, gelombang, atau tanah yang bergeser. Egrang telah dibuat selama ratusan tahun

2.         Gatrik

Gatrik atau Tak Kadal pada masanya pernah menjadi permainan yang populer di Indonesia. Merupakan permainan kelompok, terdiri dari dua kelompok.

Cara Bermain:
Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu yang satu menyerupai tongkat berukuran kira kira 30 cm dan lainnya berukuran lebih kecil. Pertama potongan bambu yang kecil ditaruh di antara dua batu lalu dipukul oleh tongkat bambu, diteruskan dengan memukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin, pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali sampai suatu kali pukulannya tidak kena dari bambu kecil tersebut. Setelah gagal maka orang berikutnya dari kelompok tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang terakhir. Setelah selesai maka kelompok lawan akan memberi hadiah berupa gendongan dengan patokan jarak dari bambu kecil yang terakhir hingga ke batu awal permainan dimulai tadi. Makin jauh, maka makin enak digendong dan kelompok lawan akan makin lelah menggendong
.

3.         Kelereng

Kelereng dengan berbagai sinonim gundu, keneker, kelici, guli adalah bola kecil dibuat dari tanah liat, marmer atau kaca untuk permainan anak-anak. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng kadang-kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.
 
Cara Bermain:
Cara bermainannya dengan menggambar segitiga sama kaki ditanah. Kemudian masing-masing pemain meletakkan sebuah kelerengnya diatas gambaran segitiga tersebut. Buah pasangan namanya, buah kelereng yang dipertaruhkan. Peserta, tergantung jumlah pemain. Biasanya paling sedikit tiga pemain dan paling banyak idealnya enam pemain. Kalau lebih dari itu dibuat dua kelompok. Permainan dimulai dengan cara masing-masing pemain menggunakan sebuah kelereng sebagai gacoannya lalu melempar buah pasangan tersebut dari jarak dua atau tiga meter .Pemain secara bergantian melempar sesuai urutan berdasarkan hasil undian dengan adu suit jari tangan.Pelemparan gaco dilakukan dengan membidik dan melempar keras dengan maksud mengenai buah pasangan atau agar hasil lemparan mendarat dilapangan permainan terjauh.
Selanjutnya yang mengawali permainan adalah siapa yang berhasil mengenai buah pasangan, dialah mendapat giliran pertama.. Kalau tidak ada yang mengenai buah pasangan ,maka yang mulai bermain adalah gacoannya yang terjauh. Pemain harus berusaha menghabiskan buah pasangan diporces pada saat giliran bermain. Ada yang sekali giliran main sudah mampu menghabiskan semua buah pasangan. Tanda dia pemain yang terampil. Berbagai taktik untuk menang dilakukan ,antara lain kalau tidak mau memburu gacoan lawan , maka pilihannya adalah menembakkan gacoan ketempat yang kosong untuk disembunyikan agar tidak dapat dimatikan oleh lawan-lawan main. Pemain yang mampu menghabiskan buah pasangan terakhir dilanjutkan berburu menembak gacoan lawan . Pemain yang gacoannya kena tembak maka gacoannya mati ,selesailah permainannya pada game tersebut
.

4.       Ular Naga

Ular Naga adalah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih, anak-anak umur 5-12 tahun (TK - SD).
 
Cara Bermain:
Anak-anak berbaris bergandeng pegang 'buntut', yakni anak yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai "induk" dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain sebagai "gerbang", dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. "Induk" dan "gerbang" biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan.
Barisan akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan terutama mengitari "gerbang" yang berdiri di tengah-tengah halaman, sambil menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga akan berjalan melewati "gerbang". Pada saat terakhir, ketika lagu habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan 'ditangkap' oleh "gerbang".
Setelah itu, si "induk" --dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya-- akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua "gerbang" perihal anak yang ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu, sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu "gerbang".
Permainan akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga kembali bergerak dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga "induk" akan kehabisan anak dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar dipanggil pulang orang tuanya karena sudah larut malam.

5.         Engklek

Permainan engklek merupakan permainan tradisional lompat–lompatan pada bidang–bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu kekotak berikutnya.

Cara Bermain:
Permainan engklek biasa dimainkan oleh 2 sampai 5 anak perempuan dan dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai permainan ini kita harus mengambar kotak-kotak di pelataran semen, aspal atau tanah, menggambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat
.

6.       Benteng

Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai 'benteng'.

Cara Bermain:
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih 'benteng' lawan dengan menyentuh tiang atau pilaryang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan 'menawan' seluruh anggotalawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi 'penawan' dan yang 'tertawan' ditentukan dariwaktu terakhir saat si 'penawan' atau 'tertawan' menyentuh 'benteng' mereka masing-masing.
Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh bentengberhak menjadi 'penawan' dan bisa mengejar dan menyentuhanggota lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan biasanya ditempatkan di sekitar benteng musuh. Tawanan juga bisa dibebaskan bila rekannya dapat menyentuh dirinya.
Dalam permainan ini, biasanya masing - masing anggota mempunyai tugas seperti 'penyerang', 'mata - mata, 'pengganggu', dan penjaga'benteng'. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.
  
7.         Boi-Boian

Permainan tradisonal dengan total lima sampai sepuluh orang. permainan ini hanya menggunakan lempengan batu yang biasanya diambil dari pecahan genting atau pecahan porselen dan menggunakan bola yang terbuat dari buntalan kertas dilapisi oleh plastik yang empuk dan tidak berbahaya
 
Cara Bermain:
Model permainannya yaitu menyusun lempengan batu (pecahan genting atau porselen) Satu orang sebagai penjaga lempengan, yang lainnya kemudian bergantian melempar tumpukan lempengan itu dengan bola sampai roboh semua. Setelah roboh maka penjaga harus mengambil bola dan melemparkannya ke anggota lain yang melempar bola sebelumnya. Yang terkena lemparan bola yang gatian menjadi penjaga lempengannya.

Itulah contoh 7 permainan tradisional di Indonesia. Sebenarnya masih banyak lagi jenis permainan yang ada Indonesia karena mengingat Indonesia adalah negera yang sangat kaya akan kebudayaan.
Namun jika dilihat dari kenyataannya kehidupan masyarakat Indonesia kini sudah sangat modern berbeda dari kehidupan jaman di era 90 dimana manusia kini dihadapkan dengan kebudayaan kehidupan asing yang serba instan dan mudah didapatkan. Contohnya beberapa anak-anak jaman sekarang jarang mengetahui apa saja permainan tradisional di Indonesia, bahkan tak jarang mereka sangat asing jika kita perkenalkan permainan tersebut. Anak-anak jaman sekarang lebih memilih untuk bermain permainan di smartphonenya, bermain permainan di warnet (warung internet) untuk bermain game online dan mereka juga banyak yang bermain PS (PlayStation). Karena dengan memainkan game-game tersebut mereka tidak harus keluar rumah, berpanas-panasan karena permainan tersebut bisa dimainkan dirumah.

Berikut adalah gambar beberapa game modern yang berkembang pada saat ini:








 

Itulah contoh permainan yang berkembang pada saat ini. Jika dilihat perbedaannya sangat terlihat mencolok sekali. Jika pada permainan modern memanfaatkan teknologi canggih dalam memainkannya maka pada permainan tradisional biasanya hanya menggunakan alat-alat yang sederhana dan dapat melibatkan beberapa orang untuk memainkannya. Itulah yang menjadi alasan kenapa permainan tradisional sudah jarang dimainkan oleh anak-anak di Indonesia.
Permainan di era modern juga bersifat continue atau berlanjut dan menggunakan level-level tertentu, yang membuat si pemain dituntut untuk menuntaskan level sampai akhir. itu juga alasan kenapa permainan tersebut sangat menarik untuk dimainkan karena si pemain akan terus dimanjakan oleh level-level yang baru dan membuat si pemain tidak jenuh untuk memainkannya.
Dampak negatif yang ditimbulkan jika anak-anak bermain permainan modern mereka jadi cenderung susah bergaul karena sifat game tersebut bisa dilakukan tanpa bantuan orang lain (bisa dimainkan kapanpun dan dimanapun), lebih banyak memakan waktu luang karena game tersebut bersifat continue dan menggunakan level untuk mencapai titik kemenangan, kesehatan menjadi terganggu karena si pemain akan asyik secara terus menerus bermain tanpa peduli waktu untuk makan dan beristirahat. Yang terakhir mental sang anak jadi terganggu, karena si pemain akan cenderung mengikuti watak dan karakter dari beberapa tokoh yang ada di video game tersebut.
Berbeda dengan permainan tradisional yang dimainkan secara beregu atau menjadi lawan satu sama lain yang menuntut dimana sang anak lebih aktif, kreatif dan menuntut sang anak lebih cerdas agar kelompoknya bisa menang bersaing dengan kelompok musuhnya, namun dengan demikian permainan tradisional tetap asyik dan menarik ketika memainkannya.

Jadi sudah seharusnya kita sebagai generasi muda untuk tetap mengembangkan permainan tradisional untuk melestarikan warisan nenek moyang kita, agar adik, anak maupun cucu kita nanti kelak tau apa saja kebudayaan yang ada di Indonesia dengan memainkan permainan tradisional tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Activity Based Management (ABM)

Etika Profesi M-3