WISATA MURAH JAKARTA



Assalamualaikum selamat berjumpa kembali dengan saya dalam sedikit coret coret di blog saya. Kali ini saya akan sedikit pengalaman saya berwisata murah tapi gak murahan ke beberapa tempat di wilayah Ibukota Jakarta. Yuk pantenginnn!!!
Pertama-tama dimulai dari masjid istiqlal, untuk menuju masjid istiqlal bisa naik comuter line atau angkutan umum lainnya. Tetapi sesuai judul yaitu wisata murah jadinya saya memutuskan naik comuter line. Tarif untuk menuju kesana di perkirakan sekitar Rp 3000-5000(tarif tahun 2018) tergantung kalian berangkat dari stasiun mana. Oiya jika kalian naik comuter dipastikan turunnya di stasiun juanda ya terus jalan menyebrang kira jaraknya sekitar 500 meter dan ada JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) untuk akses kalian menyebrang kesana.

Jika kalian sudah sampai kalian akan disuguhkan dengan kemegahan masjid yang terletak di bekas Taman Wilhelmina, di Timur Laut Lapangan Medan Merdeka yang di tengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas), di pusat ibukota Jakarta. Di seberang Timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Masjid ini di arsiteki oleh Frederich Silaban dan dibangun pada tahun  24 Agustus 1951 dan peletakan batu pertama oleh Presiden RI 1 yaitu Ir. Soekarno. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Bangunan utama itu dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut Selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari 200.000 jamaah.  Sedikit sejarah tentang gedung ini yaitu Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai berkembang gagasan besar untuk mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan. Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara. Misalnya pada zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia telah berjaya membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena itulah pada masa kemerdekaan Indonesia terbit gagasan membangun masjid agung yang megah dan pantas menyandang predikat sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Setelah puas berkunjung dan beribadah di masjid istiqlal perjalanan saya lanjutkan untuk mengunjungi Monumen Nasional. Untuk mengunjungi kesana saya memutuskan untuk naik bus city tour, atau lebih dikenal dengan nama ‘Mpok Siti,’. Bus ini merupakan fasilitas publik berupa bus tingkat. Bus ini disediakan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk berwisata secara gratis melewati tempat-tempat khas yang menjadi simbol Kota Jakarta. Karena bus ini merupakan bus tingkat, pastikan kamu memilih tempat yang tepat agar dapat melihat pemandangan yang bagus. Banyak orang yang merekomendasikan tempat duduk paling depan, sebagai tempat yang paling pas untuk menikmati pemandangan. Lalu Bagaimana caranya kalau kamu ingin naik bus tingkat ini?Jangan khawatir! Jika kamu ingin mencoba bus ini, cukup menunggu di halte yang bergambar bus tingkat dan bertuliskan city tour. Halte-halte tersebut dapat kamu jumpai di Bundaran Hotel Indonesia, Pecenongan, Museum Nasional, Pasar Baru, Masjid Istiqlal, Monumen Nasional (Monas), Balai Kota, dan Sarinah.
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit sampailah saya destinasi wisata saya terakhir yaitu Monumen Nasional atau sering dikenal dengan nama Monas. Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monas diarsiteki oleh Frederich Silaban, dan R.M. Soedarsono.
Sejarah singkat tentang monas sebagai berikut: Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai merencanakan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi penerus bangsa. Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu.Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini mulai dibangun 17 Agustus 1961.
Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, namun beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca tropis. Untuk masuk dan naik ke puncak monas pengunjung dikenakan tarif Rp 20.000 untuk orang dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak
Setelah puas mengunjungi dua destinasi wisata yang memiliki arsitek bangunan yang megah saya akhirnya memutuskan untuk makan siang di dekat stasiun juanda. Oiya untuk kembali ke stasiun juanda saya memutuskan untuk naik bus tingkat, ya maklum gratis dan sesuai dengan judul diatas yaitu murah meriah hehe. Ketika saya sampai di juanda saya akhirnya makan nasi padang di warung padang yang letaknya sekitar 50 meter dari stasiun juanda, setelah makan saya kembali kerumah dengan comuter line.


Sumber: www.wikipedia.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Activity Based Management (ABM)

Etika Profesi M-3