PERTUMBUHAN DAN PERTAMBAHAN PENDUDUK
Landasan
Perkembangan Penduduk Indonesia
Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat pendidikan
Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Dalam Ilmu Sosiologi,
pengertian penduduk adalah sekumpulan manusia yang tinggal dan menetap dalam
suatu wilayah dan periode tertentu. Ilmu yang membahas dan mempelajari mengenai
masalah-masalah kependudukan disebut Demografi. Dalam ilmu demografi kita dapat
melakukan pembelajaran mengenai penduduk melalui pembagian tingkat umur, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan serta penyebaran tempat
tinggal.
Yang mendasari
perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya masyarakat yang menikahkan
anaknya yang masih muda. Dan gagalnya program keluarga berencana yang di usung
oleh pemerintah untuk menekan jumlah penduduk. Karena tersebut tidak berjalan
dengan semestinya, maka penduduk Indonesia tidak terkendali dalam
perkembangannya. Seharusnya dengan dua orang anak cukup, maka ini lebih dari
dua orang dalam setiap suami istri. Karena perkembangan penduduk yang sangat
tidak terkendali, maka banyak terjadinya kemiskinan, pengangguran,
kriminalitas, gelandangan, anak jalanan, dan sebagainya. Dan masalah permukiman
yang tidak efisien lagi. Banyaknya rumah yang lingkungannya kumuh dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, 50% penduduk Indonesia
hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan.
Perkembangan Penduduk Indonesia
Penduduk Indonesia
adalah orang atau sekumpulan orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung,
negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang
berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk
suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli,
penduduk pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Perkembangan penduduk di
Indonesia dikarenakan banyaknya atau meningkatnya data kelahiran per hari di
bandingkan data kematian per hari yang mengakibatnya banyaknya kehidupan tidak
sebanding banyaknya kematian yang mengakibatkan penumpukan atau pertambahan
penduduk di Indonesia semakin tahun semakin bertambah.
Hasil sensus penduduk
2010 tercatat 237,6 juta jiwa sebagai bukti pertumbuhan penduduk Indonesia 5
tahun lebih cepat dari proyeksi BPS. Karena proyeksi semula, tahun 2010 baru
berjumlah 234,2 juta dan tahun 2015 berkisar 237,8 juta jiwa. Kenyataannya,
tahun 2010 penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa. Demikian
diungkapkan direktur Jaminan dan Pelayanan KB, BKKBN Pusat, Setia Edi dalam
acara peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Jakarta, yang dirilis bkkbn.co.id,
Sabtu (25/9/2010). Ia mengingatkan, jika program KB diabaikan maka pertumbuhan
penduduk Indonesia tak terkendali. "Pengendalian penduduk harus menjadi
prioritas. Apalagi kesehatan dan usia harapan hidup meningkat sehingga tanpa
pengendalian rawan terjadi ledakan jumlah penduduk. Jumlah penduduk 237,6 juta
mendekati proyeksi BPS untuk jumlah penduduk tahun 2015 yakni 237,8 juta jiwa.
Angka itu sudah tercapai sekarang. Dengan melencengnya proyeksi itu, jumlah
penduduk diperkirakan 264,4 juta tahun 2015," ujar dia.
Kendala program KB
adalah otonomi daerah yang mengakibatkan keterputusan koordinasi dan
implementasi program secara luas. Tidak semua daerah mempunyai struktur yang
khusus mengurusi KB. Di tengah perubahan itu fungsi petugas penyuluh lapangan
KB (PLKB) juga tergerus karena kurang dukungan. Padahal PLKB penting untuk
mengedukasi dan memberikan konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan
keluarga dengan baik dan rasional.
Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Pertumbuhan penduduk
yang terjadi di indonesia yang terus bertambah tiap tahunnya tanpa adanya
penanganaan dari pemerintah telah menyebabkan beberapa dampak yang
menghawatirkan karena minimnya lingkungan hidup yang dapat ada hasil yang
terjadi akibat dari hal tersebut muculnya pemukiman pemukiman liar yang ada
dimana mana seperti pada gambar berikut ini.
Dampak
lingkungan tempat tinggal liar seperti ini hanya akan menyebabkan rusaknya
lingkungan hidup di sekitarnya yang menyebakan tumbuhnya wabah penyakit. Dengan kepadatan
penduduk DKI Jakarta tertinggi dibandingkan dengan provinsi lain di
Indonesia,dimanatahun 2012 kepadatan penduduk di provinsi DKI Jakarta
adalah sebesar 14.996 jiwa per Km2 apabila dibandingkan tahun 2011
yaitu 14.739 jiwa per Km2maka terjadi peningkatan rata-rata sebesar
257jiwa per Km2,maka air merupakan salah satu kebutuhan yang cukup vital dalam
kehidupan setiap makhluk hidup termasuk manusia/penduduk. Pertumbuhan penduduk
yang pesat dan meningkatnya aktivitas serta derajat kehidupan di DKI Jakarta
harus diikuti oleh pemenuhan kebutuhan terhadap air bersih.Kegunaan air bersih
bagi manusia dan sebagian besar penduduk terutama untuk kepentingan rumah
tangga, industri, pertanian dan lainnya. Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane
adalah sungai yang mengalir di DKI Jakarta, bersama 11 sungai lainnya.Sebagian
dari 13 sungai tersebut diolah oleh PDAM untuk dialirkan ke rumah tangga,
perusahaan dan tempat-tempat umum lainnya.Sumber air dan badan-badan air di DKI
Jakarta dinilai telah tercemar untuk kebutuhan air bersih dan kontinuitasnya
juga kurang terjamin. Pada musim kemarau debit air yang mengalir terlalu kecil
bahkan cenderung kotor. Sedangkan pada musim hujan, air melimpah sering tidak
tertampung dan mengakibatkan pipa saluran air bersih pecah dan bocor, sehingga
menimbulkan banjir
Dampak lingkungan yang
terjadi dalam hal ini tidak jauh karena faktor ekonomi yang sangat
memprihatinkan karena banyaknya pengangguran yang ada di indonesia serta
mahalnya harga sebuah tempat bagi mereka yang tidak mampu serta dari pola pikir
kebanyakan orang yang tidak tinggal di pinggiran sungai ini tidak pernah
memikiran biaya serta kebutuhan mereka sebagai manusia dengan hidup dengan
berpedoman KB (keluarga berencana) yang hanya memiliki 2 anak, mereka hanya
memikirkan tentang kehidupan mereka sendiri tanpa melihat dampak yang akan
terus berkelanjutan apabila kebanyakan penduduk terus seperti ini.
Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat pendidikan
Selain merupakan
sasaran pembangunan, penduduk juga merupakan pelaku pembangunan. Maka kualitas
penduduk yang tinggi akan lebih menunjang laju pembangunan ekonomi. Usaha yang
dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas penduduk melalui fasilitas
pendidikan, perluasan lapangan pekerjaan dan penundaan usia kawin pertama.
Di negara-negara yang
anggaran pendidikannya paling rendah, biasanya menunjukkan angka kelahiran yang
tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang kurang, tetapi komposisi usia secara
piramida pada penduduk yang berkembang dengan cepat juga berakibat bahwa rasio
antara guru yang terlatih dan jumlah anak usia sekolah akan terus berkurang.
Akibatnya, banyak negara yang sebelumnya mengarahkan perhatian terhadap
pendidikan universitas, secara diam-diam mengalihkan sasarannya.
Pertambahan penduduk
yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas
pendidikan, cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan
fasilitas pendidikan menghambat program persamaan/perimbangan antara laki-laki
dan wanita, pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan
miskin. Pertambahan penduduk yang cepat menghambat program-program perluasan
pendidikan, juga mengarah pada aptisme di dunia yang kesulitan untuk
mengatasinya.
Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Pertumbuhan penduduk
adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Adapun
faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor
alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua
yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi
keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Dalam dalam masalah ini maka penduduk
tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit yang melanda penduduk
tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh,seperti
limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang menyebabkan segala penyakit akan
melanda para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian dan terjadi
pengurangan jumlah penduduk.
Untuk menjamin
kesehatan bagi semua orang di lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih banyak
daripada hanya penggunaan teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam semua
sektor kesehatan. Usaha-usaha secara terintegrasi dari semua sektor, termasuk
organisasi-organisasi, individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk
pengembanganpembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi,
menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.
Seperti semua makhluk hidup, manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk
memenuhi keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang rugi
apabila lingkungan tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan
makanan, air, sanitasi, dan tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena
kurangnya sumber-sumber atau distribusi yang tidak merata.Kesehatanlah yang
rugi apabila orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah-
seperti binatang-binatang mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau
supir-supir yang mabuk.
Kesehatan manusia
adalah keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan,
manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau
melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup
merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses pembangunan.
Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang sehat, sebaliknya lingkungan
yang tidak sehat menyebabkan masyarakat yang tidak sehat pula.
Pertumbuhan Penduduk
dan Kelaparan
Masalah kemiskinan,
kelaparan dan kekurangan gizi menjadi masalah kompleks dan saling terkait.
Diperlukan upaya jangka pendek dalam memenuhi kebutuhan pangan yang sinergis
dengan upaya jangka panjang sehingga mampu memberdayakan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka
semakin sempit pula untuk mendapatkan lapangan pekerjaan ataupun untuk mencari
mata pencarian untuk menjalani kebutuhan hidup, karena sulitnya mendapatkan
lapangan pekerjaan maka akan menimbulkan angka kelaparan karena tidak mencukupi
kebutuhan hidup. Semakin padatnya penduduk maka semakin sempit pula peluang
mereka untuk mendapatkan kebutuhan yang diinginkan. Kelaparan cenderung
terpusat di daerah-daerah pedesaan di kalangan penduduk yang tidak memilki
tanah atau para petani yang memiliki kapling yang sempit untuk memenunhi
kebutuhan hidup mereka.
Kekurangan gizi dan
angka kematian anak meningkat di sejumlah kawasan yang paling buruk di Asia dan
Pasifik kendati ada usaha internasional untuk menurunkan keadaan itu. Lebih
dari separuh anak-anak di Asia selatan kekurangan gizi, sementara rata-rata di
negara-negara berkembang tahun 2003 tetap sepertiga. Kematian bayi meningkat
tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan 2003, yang menurut data terakhir yang
diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per 1.000 kelahiran hidup. Juga terjadi
peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per 1.000 kelahiran hidup. WHO
memperkirakan pengurangan dalam angka kematian dikalangan anak berusia dibawah
lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan menjadi sekitar seperempat, kurang
dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Tingginya laju
pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran di Indonesia tersebut, diperparah
dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata. Jika semua itu tidak segera
dikendalikan, maka hal itu akan jadi beban. Karena itu, baik pria maupun wanita
harus memaksimalkan program KB. Cara untuk mengurangi jumlah penduduk lapar
tersebut, maka diperlukan peningkatan produksi dua kali lipat. Peningkatan
produksi ini khususnya perlu terjadi di negara berkembang, di mana terdapat
mayoritas penduduk miskin dan lapar.
Kemiskinan dan Keterbelakangan
Kemiskinan dan
Keterbelakangan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan,dll.
Berdasarkan
Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi
seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar
yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber
daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak
kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial
dan politik.
Kemiskinan disebabkan
oleh banyak faktor yang berasal dari mana saja. Baik dari dalam individu maupun
faktor luar yang ada di lingkungan.
1). Karakteristik individu
Kemiskinan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik seseorang. Karakteristik yang dimiliki
oleh seseorang yang dapat menyebabkannya menjadi miskin umumnya adalah malas
dan kurang bersungguh-sungguh dalammelakukan berbagai hal, termasuk bekerja dan
belajar. Padahal beberapa dari mereka gagal bukan karena tidak pernah memiliki
kesempatan, namun mereka justru yang tidak menjalankan kesempatan itu
dengansebaik-baiknya. Yang akhirnya hal itu membuat mereka gagal dan
menyia-nyiakan kesempatan tersebut
2). Keterbatasan fisik
Tidak
jarang juga seseorang menjadi miskin karena memiliki cacat bawaan. Dengan
keterbatasannya itu, tentu ia tidak mampu bekerja dengan baik dan optimal,
apalagi untuk bersaing dengan orang yang lebih sehat dan memiliki kesempatan
yang lebih banyak dalam melakukan berbagai hal yang dapat menentukan kondisi
ekonomi hidupnya.
3). Keturunan
Kemiskinan
juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang
rendahdapat membuat seseorang jatuh ke dalam kemiskinan. Yang berakibat ia juga
tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anaknya, sehingga
anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikianhal tersebut terjadi secara
terus menerus dan turun temurun.
4). Kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau
akibat karakteristik perilaku lingkungan
Penyebab
kemiskinan selanjutnya adalah kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat
karakteristik perilaku lingkungan. Contohnya seperti kebiasaan kaum perempuan
yang enggan untuk bekerja keras danyakin bahwa mengabdi kepada orang-orang
terhormat dengan tidak diberi bayaran sekalipun adalah hal yang sudah
semestinya dilakukan. Dan mereka justru tidak akan merasa miskin karena hal
tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan dan memang kulturnya yang membuat
demikian. Kemiskinan juga dapat timbul akibat dari tidak seimbangnya perbedaan
status yang dibuat oleh adat istiadat, kebijakan, dan aturan lain
yangmenimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan lainnya hingga
menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan haknya
terbatas.
5). Kebijakan Pemerintah
Kebijakan
pemerintah pun dapat dikategorikan sebagai salah satu penyebab terjadinya
kemiskinan. Karena dalam suatu negara, peran pemerintah sangat menentukan, baik
dalam membuat masyarakat menjadi miskin, maupun membuat masyarakat keluar dari
kemiskinan. Kebijakan yang kurang tepat
dan ketidakberpihakan terhadap masyarakat miskin akan menciptakan kemiskinan
yang lebih banyak dan lebih dalam. Sebagai contohnya adalah pembangunan yang
timpang dan cenderung berpusat di wilayah tertentu seperti kota-kota besar.
Padahal masyarakat di desa lebih cenderung menjadi miskin
dikarenakanKetidakberdayaan yang muncul karena kurangnya lapangan kerja,
rendahnya harga produk yang dihasilkanoleh mereka, dan tingginya biaya
pendidikan. Mereka juga merasakan keterkucilan dikarenakan rendahnya tingkat
pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya transportasi, serta ketiadaan akses
terhadap kredit yangmenyebabkan mereka terkucil dan menjadi miskin. Banyak pula
yang mengalami kemiskinan materi yangdiakibatkan karena kurangnya modal, dan
minimnya lahan pertanian yang dimiliki sehingga menyebabkan penghasilan mereka
relatif rendah. Karena sulitnya mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan
bencana alam, mereka menjadi rentan dan miskin. Sikap yang menerima apa adanya
dan kurang termotivasi untuk bekerja keras membuat mereka menjadi semakin
menjadi dan tetap miskin. Namun kemiskinan juga dapat terjadi di kota yang pada
dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan di desa, yang berbeda
hanyalah penyebab dari faktor-faktor tersebut, misalnya faktor ketidakberdayaan
di kota cenderung disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, dan tingginya biaya
hidup, pertumbuhan ekonomi lokal dan global yang rendah, pertumbuhan penduduk
yang tinggi, dan stabilitas politik yang tidak kondusif.
Daftar Pustaka
- BKKBN. Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta: 1998
- BKKBN. Kependudukan KB dan KIA. Bandung Balai Litban: 1999
- Hartono, 2009, Geografi 2 Jelajah Bumi dan Alam Semesta : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 34 – 46.
- Hidayat, L. R. (2014). Faktor Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan.
- Setiawan, D. (2010). Kemiskinan: Latar Belakang, Dampak dan Pemecahan
- Soerjani. Moh, Rofiq Ahmad, Munir Rezy. 1987. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia
Komentar
Posting Komentar