Activity Based Management (ABM)


 Konsep dasar dan wawasan ABM. 
Ø  Activity Based Management (ABM) Activity Based Management (ABM) adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas dengan tujuan perbaikan nilai pelanggan dan laba yang dicapai dengan menyediakan nilai ini (Hansen dan Mowen, 2004).
Ø  Menurut Mulyadi (2001), manajemen berbasis aktivitas adalah pendekatan pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan customer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value tersebut.
Ø  Sedangkan menurut Supriyono (1999), manajemen berbasis aktivitas (MBA) adalah suatu disiplin (sistem yang luas dan pendekatan yang terintegrasi) yang memusatkan perhatian manajemen pada aktivitas – aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen dan laba yang diperoleh dari penyediaan nilai tersebut.
Ø  Dari definisi – definisi di atas, dapat diketahui bahwa ABM memiliki dua frasa penting yaitu : Manajemen berbasis aktivitas berfokus kepengelolaan secara terpadu dan bersistem pada aktivitas yang bertujuan meningkatkan customer value dan laba. Manajemen berbasis aktivitas berfokus ke aktivitas yaitu serangkaian kegiatan yang membentuk suatu proses untuk pembuatan produk dan penyerahan jasa.
Ø  Di dalam manajemen tradisional, proses produksi dan penyerahan jasa dipecah ke dalam bagian – bagian yang lebih kecil karena diyakini jika pengerjaan bagian – bagian yang lebih kecil dilaksanakan secara berkualitas dan efisien, maka proses produksi dan penyerahan jasa secara keseluruhan akan berkualitas dan efisien. Di dalam era yang di dalamnya konsumen memegang kendali, pembagian proses produksi dan penyerahan jasa ke bagian – bagian kecil menyebabkan rendahnya perhatian manajemen pada proses produksi secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, ABM berusaha memadukan kembali proses produksi dan penyerahan jasa dengan fokus pengelolaan secara terpadu dan berbasis sistem.
Ø  ABM bertujuan untuk meningkatkan customer value secara berkelanjutan dan penghilangan pemborosan. Dengan hilangnya pemborosan, biaya dapat berkurang, sehingga laba akan meningkat. Pemborosan diakibatkan oleh adanya aktivitas bukan penambah nilai dan aktivitas penambah nilai yang tidak dilaksanakan secara efisien. Dengan demikian, fokus ABM adalah penyebab terjadinya biaya itu sendiri, yaitu dengan menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai dan memperbaiki aktivitas penambah nilai yang akibatnya adalah menurunkan biaya dan meningkatkan laba.

Ø  Activity Based Management (ABM) ini merupakan pendekatan manajemen yang berfokus untuk dapat :
  1. Meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dari setiap aktivitas yang dilakukan.
  2. Menentukan aktivitas perusahaan yang merupakan aktivitas value added dan aktivitas non-value added.
  3. Meningkatkan value added activity dan mengurangi bahkan menghilangkan non-value added activity.
  4. Memperbaiki laba dengan memberikan nilai pelanggan.


Ø  Keunggulan Activity Based Management (ABM)
Keunggulan utama pendekatan Activity Based Management (ABM) yaitu
  1.  ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis kunci dan mengindentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut dapat diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai (value) bagi pelanggan.
  2.  ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.


Ø  Kegunaan Activity Based Management
Adapun sebuah perusahaan menggunakan Activity Based Management(ABM) ini dengan maksud untuk:
  1.  Mengurangi harga produk dan mengoptimalkan desain produk.
  2. Mengurangi biaya-biaya perusahaan.
  3. Membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang bisnis baru.


Ø  Activity Based Management(ABM ) Model Components
Activity Based Management(ABM) merupakan payung bagi perubahan budaya yang diperlukan untuk persaingan global. Komponen-komponen yang mendukung keberhasilan ABM meliputi :

1.    Just In Time (JIT)
Merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem manajemen persediaan dimana bahan baku dan suku cadang dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan dan pada saat yang tepat pada setiap tahap proses produksi.

2.    Strategic Planning
Suatu perencanaan yang menyeluruh dan terpadu yang mengkaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk pencapaian tujuan perusahaan melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.

3.    Activity Accounting 
Akuntansl yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas di dalam operasi perusahaan.

4.    Life Cycle Management 
Melibatkan manajemen aktivitas mulai dari tahap pengembangan untuk menjamin agar biaya daur hidup secara total jumlahnya lebih rendah dibandingkan kompetitor.

5.    Performance Management 
Suatu kegiatan mengelola kinerja yang berorientasi kepada pandangan strategic ke masa depan sehingga kinerja tersebut dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang membutuhkannya.
6.    Investment Management
Bagaimana seorang manajer investasi mengelola uang, dimana dalam proses ini dibutuhkan pemahaman terhadap berbagai piranti investasi, dan berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menyeleksi piranti tersebut.

7.    Continuous Improvement
Teknik manajemen dimana para manajer dan pekerja setuju terhadap program continuous improvement dalam hal kualitas dan factorkeberhasilan kritis.

8.    Benchmarking 
Proses mengidentifikasikan faktor keberhasilan kritis(critical success factor) yang dicapai perusahaan lain atau unit lain di perusahaan dengan tujuan mengimple mentasikannya sebagai perbaikan dalam proses perusahaan untuk mencapai kinerja yang baik.

9.    Target Costing 
Menentukan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang kompetitif sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan.

10.     Customer Value Analysis
Suatu analisa yang dilakukan untuk menentukan apakah suatu aktivitas memiliki nilai (value) bagi pelanggan atau tidak dengan cara melihat apa yang diperoleh pelanggan dibandingkan dengan pengorbanan untuk memperoleh suatu produk atau jasa. Komponen-komponen tersebut digunakan untuk mengelola aktivitas-aktivitas agar dapat mengeliminasi pemborosan. Misalnya mengeliminasi pemborosan dengan menekan persediaan (persediaan nol), mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah, mengefisiensikan aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien, mengeliminasi kerusakan (kerusakan nol), mengeliminasi pengerjaan kembali (pengerjaan kembali nol), mengurangi setup mesin (menjadi satu), meningkatkan ketrampilan karyawan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etika Profesi M-3